Nama tepung tawar ini sendiri diambil dari salah satu bahan yang ikut dalam ramuan tepung tawar itu, yakni berupa tepung beras yang dicahar dengan air.
Acara tepung tawar ini dilakukan dengan diiringi lantunan shalawat Nabi dan Marhaban.
Adapun bahan-bahan tepung tawar itu adalah :
1.Bunga setaman.
Maknanya adalah agar yang ditepung tawari menjadi harum namanya, laksana bunga itu.
2.Beras kuning.
Maknanya adalah agar yang ditepung tawari menjadi kaya, mulia dan bijaksana di masa depan.
3.Daun sidingin-dingin.
Maksudnya adalah supaya yang ditepung tawari itu kelak selalu aman tentram peri kehidupannya.
4.Air.
Niatnya adalah mendoakan semoga yang ditepung tawari selalu sehat wal afiat.
5.Tepung beras.
Tujuannya adalah mendoakan agar yang ditepung tawari sentiasa putih suci hatinya, terhindar dari sifat iri, dengki, hasud, tamak, dendam, riya, dan berbagai penyakit hati lainnya.
6.Balai-balai atau gorai.
Maknanya adalah agar yang ditepung tawari selalu berkecukupan makanan.
Adapun cara menepung tawari seseorang atau sepasang pengantin adalah :
1.Ambil segenggam bunga setaman, bacakan do’a selamat lalu taburkan bunga ke atas orang yang ditepung tawari sembari mengucapkan shalawat nabi.
2.Ambil gulungan daun sidingin-dingin lalu celupkan ke air. Kemudian percikkan air di daun itu ke ubun-ubun orang yang ditepung tawari.
3.Colek tepung beras yang sudah dicampur air, lalu oleskan ke telapagk tangan orang yang ditepung tawari.
4.Ambil sejemput pulut kuning yang ada di dalam gorai, lalu suapkan kepada yang ditepung tawari. Gorai lalu diangkat, atau istilahnya dihalun, ke atas kepala yang ditepung tawari, sembari membacakan doa pemanggil semangat.
5.Bersalaman dengan yang ditepung tawari.
Prosesi tepung tawar ini kerap dilakukan orang-orang Melayu hingga saat ini. Bahkan menjadi sesuatu yang wajib ada dalam hampir setiap acara.
Terlepas dari sebagian pendapat yang memvonis prosesi ini adalah bid’ah, mubazir, peninggalan Hindu, dan anggapan lainnya, inilah khazanah budaya bangsa, yang masih lestari di bumi Melayu.
Tak Melayu hilang di bumi. Tanah bertuah adat terjaga.
Demikianlah motto orang Melayu, yang turun temurun menghuni sebagian besar persada Nusantara.
Sumber : kompasiana.com
No comments:
Post a Comment